BAB 8
ILMU SOSIAL DASAR
PERTENTANGAN SOSIAL DAN INTEGRASI MASYARAKAT
NAMA : MUHAMMAD KHANSAPURI
NPM : 14116976
KELAS : 1KA19
Pertama-tama kami akan membahas tentang “Perbedaan
Kepentingan”. Seperti yang kita ketahui dalam kamus Indonesia definisi
kepentingan yaitu: kebutuhan: mendahulukan kepentingan umum. Tetapi dalam
pembahasan kali ini kepentingan yang dimaksud adalah dasar dari timbulnya tingkah laku individu.
Individu bertingkah laku karena adanya dorongan untuk memenuhi kepentingannya.
Kepentingan ini sifatnya esensial bagi kelangsungan hidup individu itu sendiri,
jika individu akan merasakan kepuasan jika berhasil memenuhi kepentingannya,
atau sebaliknya kegagalan dalam memenuhi kepentingan akan menimbilkan masalah
baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya.
Contoh-contoh
dari perbedaan kepentingan itu antara lain dapat berupa :
1.
kepentingan individu untuk memperoleh kasih sayang
2.
kepentingan individu untuk memperoleh harga diri
3.
kepentingan individu untuk memperoleh penghargaan yang sama
4.
kepentingan individu untuk memperoleh prestasi dan posisi
5.
kepentingan individu untuk dibutuhkan orang lain
6.
kepentingan individu untuk memperoleh kedudukan di dalam kelompoknya
7.
dan lain lain
Kita sadar kalau masalah yang terjadi dalam kehidupan
masing-masing individu sangatlah bermacam-macam karena setiap individu itu
mempunyai suatu kepentingan sendiri-sendiri yang berikabatkan suatu perbedaan
suatu kehidupan sosial yang terjadi dalam bermasyarakat.
Perbedaan kepentingan inilah yang masing-masing individu
harus menyadari dan satu sama lain harus saling tolerir sehingga setiap
individu tidak merasa dirugikan karena alas an perbedaan kepentingan ini.
Prasangka Diskriminasi
dan Ethosentris
Apa itu prasangka? Prasangka adalah sifat negative terhadap sesuatu. Seorang yang
berprasangka rasial biasanya bertindak diskriminasi terhadap ras yang
diprasangkanya. Diskriminasi merupakan perlakuan pembedaan, pelecehan, atau
pengucilan yang langsung atau tak langsung terhadap orang atau kelompok dengan
didasarkan pada gender,ras, agama,umur, status sosial, status ekonomi, bahasa,
keyakinan politik, atau karakteritik yang lain. Diskriminasi adalah suatu
kejadian yang biasa dijumpai dalam masyarakat manusia, ini disebabkan karena
kecenderungan manusian untuk membeda-bedakan yang lain.
Diskriminasi
dapat dibedakan menjadi:
1.
Diskriminasi langsung, terjadi saat hukum,
peraturan atau kebijakan jelas-jelas menyebutkan karakteristik tertentu,
seperti jenis kelamin, ras, dan sebagainya, dan menghambat adanya peluang yang
sama.
2.
Diskriminasi tidak langsung, terjadi saat
peraturan yang bersifat netral menjadi diskriminatif saat diterapkan di
lapangan.
Kejadian
yang biasa dijumpai dalam masyarakat manusia, ini disebabkan Ethosentrisme. Ethosentris merupakan sikap yang menggunakan pandangan dan cara
hidup dari sudut pandangnya sebagai tolok ukur untuk menilai kelompok lain.
Apabila tidak dikelola dengan baik, perbedaan
budaya dan adat istiadat antarkelompok masyarakat tersebut akan menimbulkan
konflik sosial akibat adanya sikap etnosentrisme. Sikap tersebut timbul karena
adanya anggapan suatu kelompok masyarakat bahwa mereka memiliki pandangan hidup
dan sistem nilai yang berbeda dengan kelompok masyarakat lainnya.
Penyebab timbulnya Diskriminasi
Diskriminasi timbul akibat
dari latar belakang sejarah.
Diskriminasi timbul akibat Perkembangan sosio-kultural
dan situasional.
Diskriminasi bersumber
dari factor kepribadian.
Diskriminasi timbul akibat perbedaan keyakinan,
kepercayaan dan agama.
Pertentangan social
ketegangan dalam masyarakat
Konflik merupakan suatu tingkah laku yang
dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang sering dihubungkan dengan kebencian
atau permusuhan, konflik dapat terjadi pada lingkungan diri seseorang, kelompok, dan masyarakat. Terdapat
tiga elemen dasar yang merupakan ciri dasar dari suatu konflik, yaitu
- terdapat dua atau lebih unit-unit atau bagian yang
terlibat dalam konflik
- unit-unit tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang
tajam dalam kebutuhan, tujuan, masalah, sikap, maupun gagasan-gagasan
- terdapat interraksi diantar bagian-bagian yang
mempunyai perbedaan tersebut
Adapun cara-cara pemecahan
konflik tersebut adalah :
- Elimination yaitu pengunduran diri salah satu pihak
yang telibat dalam konflik yang diungkapkan dengan : kami mengalah, kami
mendongkol, kami keluar, kami membentuk kelompok kami sendiri.
- Subjugation atau domination, artinya orang atau pihak
yang mempunyai kekuatan terbesar dapat memaksa orang atau pihak lain untuk
mentaatinya.
- Majority Rule artinya suara terbanyak yang ditentukan
dengan voting akan menentukan keputusan, tanpa mempertimbangkan
argumentasi.
- Minority Consent, artinya kelompok mayoritas
yang menang, namun kelompok minoritas tidak merasa dikalahkan dan menerima
keputusan serta kesepakatan untuk melakukan kegiatan bersama
- Compromise, artinya semua sub kelompok
yang terlibat dalam konflik berusaha mencari dan mendapatkan jalan tengah
- Integration, artinya pendapat-pendapat
yang bertentangan didiskusikan, dipertimbangkan, dan ditelaah kembali
sampai kelompok mencapai suatu keputusan yang memuaskan bagi semua pihak
Golongan-golongan yang
berbeda dan integrasi social
Masyarakat
Indonesia digolongkan sebagai masyarakat majemuk yang
terdiri dari berbagai suku bangsa dan golongan sosial yang dipersatukan oleh
kesatuan nasional yang berwujudkan Negara Indonesia. Aspek-aspek dari
kemasyarakatan :
1.Suku
bangsa dan kebudayaannya.
2.
Agama
3.
Bahasa
4.
Nasional Indonesia.
Masalah
besar yang di hadapi oleh Indonesia adalah sulitnya itegrasi antara satui
dengan yang lainnya. masyarakat" yang ada di Indonesia tetap hidup
berdampingan pada kemajemukannya,
berikut adalah beberapa variabel yang dapat menghambat integrasi :
berikut adalah beberapa variabel yang dapat menghambat integrasi :
1.
Klaim/Tuntutan penguasaan atas wilayah-wilayah yang di anggap sebagai miliknya
2.
Isu asli tidak asli berkaitan dengan perbedaan kehidupan ekonomi antar warga
negara indonesia asli dengan keturunan lain
3.
agama, sentimen agama dapat di gerakkan untuk mempertajam kesukuan.
4.
prasangka yang merupakan sikap permusuhan terhadap seseorang golongan
tertentuk.
Dalam hal ini masyarakat indonesia seringkali terhambat integrasinya karena variabel variabel yang di sebutkan di atas. masyarakat indonesia pada umumnya masih sulit untuk menerima sesuatu yang baru ataupun yang berbeda dengan yang biasa ia temukan. misalnya saja antar agama masih sering terjadi permusuhan/ sering terjadi perang agama di desa-desa yang berada di pulau jawa. hal tersebut menunjukkan bahwa betapa sulitnya bagi mereka untuk berintegrasi tanpa menyangkut pautkan variabel-variabel yang ada di atas tadi.
Dalam hal ini masyarakat indonesia seringkali terhambat integrasinya karena variabel variabel yang di sebutkan di atas. masyarakat indonesia pada umumnya masih sulit untuk menerima sesuatu yang baru ataupun yang berbeda dengan yang biasa ia temukan. misalnya saja antar agama masih sering terjadi permusuhan/ sering terjadi perang agama di desa-desa yang berada di pulau jawa. hal tersebut menunjukkan bahwa betapa sulitnya bagi mereka untuk berintegrasi tanpa menyangkut pautkan variabel-variabel yang ada di atas tadi.
Integrasi Nasional
Pengertian Integrasi
Nasional secara Harfiah
Integrasi Nasional berasal dari dua kata, yaitu Integrasi dan Nasional. Integrasi sendiri berasal dari bahasa latin (integrate) yang artinya adalah mempersatukan/menggabungkan. Adapun kata Nasional berasal dari bahasa Inggris (Nation) yang berarti bangsa.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), integrasi memiliki arti pembauran sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh atau bulat. Sedangkan istilah “Nasional” mempunyai pengertian :
- Bersifat
kebangsaan.
- Berkenaan
atau berasal dari bangsa sendiri.
- Meliputi
suatu bangsa, misalnya cita-cita nasional, tarian nasional, perusahaan
nasional dan lain sebagainya.
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Integrasi Nasional memiliki arti secara Politis dan Antropologis. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :
- Secara
Politis
Integrasi
Nasional secara politis mengandung arti bahwa proses penyatuan beragam kelompok
budaya dan sosial ke dalam kesatuan wilayah nasional yang membentuk suatu
identitas nasional.
- Secara
Antropologis
Integrasi
Nasional secara antropologis berarti bahwa proses penyesuaian di antara unsur-unsur
kebudayaan yang berbeda sehingga mencapai keserasian fungsi dalam kehidupan
masyarakat.
B. Pengertian
Integrasi Nasional secara Umum
Intregasi Nasional adalah penyatuan unsur-unsur dalam masyarakat menurut aturan-aturan dan kebijakan politik yang dibangun atas nilai-nilai kultur yang ada dalam masyarakat yang bersangkutan, sehingga terjadi kesepakatan tentang tujuan nasional yang hendak diwujudkan.
Intinya, arti dari integrasi nasional adalah proses penyatuan perbedaan dalam suatu negara sehingga terjadi keselarasan secara nasional dalam suatu negara.
C. Pengertian
Integrasi Nasional Menurut Para Ahli
Banyak juga para ahli/pakar yang mengemukakan gagasan mengenai makna atau arti dari integrasi nasional. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut
1.Dr. Nazaruddin Sjamsuddin
Integrasi nasional merupakan proses penyatuan suatu bangsa yang mencakup semua aspek kehidupannya, yaitu aspek sosial, politik, ekonomi, dan budaya.
2. Howard Wriggins
Integrasi nasional adalah penyatuan bagian yang berbeda-beda dari suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan/kesatuan yang lebih utuh atau memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang jumlahnya banyak menjadi satu kesatuan bangsa.
3. Myron Weiner
Integrasi Nasional adalah proses penyatuan dari berbagai kelompok budaya dan sosial ke dalam satu kesatuan wilayah, dalam rangka pembentukan suatu identitas nasional.
4. J. Soedjati Djiwandono
Integrasi nasional sebagai cara bagaimana kelestarian persatuan nasional dalam arti luas dapat didamaikan dengan hak menentukan nasib sendiri.
Dari
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa integrasi nasional bangsa indonesia
berarti hasrat dan kesadaran untuk bersatu sebagai suatu bangsa, menjadi satu
kesatuan bangsa secara resmi, dan direalisasikan dalam satu kesepakatan atau
konsensus nasional melalui Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.
Adapun bunyi sumpah pemuda yaitu :
Kami putra dan puteri Indonesia mengakui :
- Bertanah air satu, tanah air
Indonesia.
- Berbangsa satu, bangsa
Indonesia
- Berbahasa satu, bahasa
Indonesia.
NAMA : PAULINA MARIA KATHARINA
NPM : 15116739
KELAS : 1KA19
Daftar Pustaka
BAB 9
ILMU SOSIAL DASAR
ILMU PENGETHUAN DAN
KEMISKINAN
NAMA : MUHAMMAD KHANSAPURI
NPM : 14116976
KELAS : 1KA19
1.
Ilmu Pengetahuan
Pengertian pengetahuan sebagai istilah filsafat tidaklah
sederhana karena bermacam-macam pandangan dan teori (epistemologi), di
antaranya pandangan Aristoteles, bahwa
pengetahuan merupakan pengetahuan yang dapat diinderai dan dapat merangsang
budi. Menurut Descartes, ilmu pengetahuan merupakan serba budi;
oleh Bacon dan David Home diartikan
sebagai pengalaman indera dan batin; menurut Immanuel Kent merupakan persatuan
antara budi dan pengalaman; dan Teori Phyroo mengatakan, bahwa tidak
ada kepastian dalam pengetahuan. Dari berbagai macam pandangan tentang
pengetahuan diperoleh sumber-sumber pengetahuan berupa ide, kenyataan, akal
budi, pengalaman, sintesis budi, atau meragukan karena tak adanya sarana untuk
mencapai pengetahuan yang pasti.
Banyaknya
teori dan pengetahuan dan
kebenaran mengakibatkan suatu definisi suatu ilmu pengetahuan akan mengalami
kesulitan. Sebab, membuat suatu definisi dari definisi ilmu pengetahuan yang di
kalangan ilmuwan sendiri sudah ada keseragaman pendapat, hanya akan
terperangkap dalam tautologis (pengulangan tanpa membuat kejelasan) dan
pleonasme atau mubazir saja.
Sikap yang bersifat ilmiah itu
mencakup empat hal, yaitu:
a. Tidak ada peraaan yang pamrih
sehingga mencapai pengetahuan ilmiah yang objektif.
b. Selektif, artinya
mengadakan pemilihan terhadap problema yang dihadapi supaya didukung oleh fakta dan gejala, dan
mengadakan pemilihan terhadap hipotesis yang ada.
c. Kepercayaan yang layak
terhadap kenyataan yang tak dapat diubah maupun terhadap alat indera dan budi
yang digunakan untuk mencapai ilmu.
d. Merasa pasti bahwa
pendapat, teori , maupun aksioma terdahulu telah mencapai kepastian, namun
pasti terbuka untuk dibuktikan kembali.
2.
Teknologi
Dalam konsep yang pragmatis dengan kemungkinan berlaku
secara akademis dapatlah dikatakan bahwa, ilmu pengetahuan (body of knowledge)
, dan teknologi sebagai suatu seni (state of art) yang mengandung pengertian
berhubungan dengan proses produksi; menyangkut cara bagaimana berbagai sumber,
tanah, modal, tenaga kerja, keterampilan dikombinasikan untuk merealisasikan
tujuan produksi. “Secara konvensional mencakup penguasaan dunia fisik dan
fisiologis, tetapi secara luas juga meliputi teknologi sosial, terutama teknologi
sosial pembangunan (the social technology of development) sehingga teknologi
itu adalah metode sistematis untuk mencapai setiap tujuan insani” (Eugene
Staley, 1970)
Fenomena
teknik pada masyarakat kini, menurut Sastrapratedja (1980) memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
a. Rasionalitas, artinya
tindakan spontak oleh teknik diubah menjadi tindakan yang direncanakan dengan
perhitungan rasional.
b. Artifisialitas, artinya
selalu membuat sesuatu yang buatan tidak alamiah.
c. Otomatisme, artinya dalam
hal metode, organisasi, dan rumusan dilaksanakan secara otomatis. Demikian
dengan teknik mampu mengeliminasikan kegiatan non-teknis menjadi kegiatan
teknis.
d. Teknik berkembang pada
suatu kebudayaan.
e. Monisme, artinya semua
teknik bersatu, saling berinteraksi dan saling bergantung.
f. Universalisme, artinya
teknik melampaui batas-batas kebudayaan dan ediologi, bahkan dapat menguasai
kebudayaan.
g. Otonomi, artinya teknik
berkembang menurut kebudayaan sendiri.
Teknologi berkembang dengan pesat, meliputi berbagai
bidang kehidupan manusia. Masa sekarang nampaknya sulit memisahkan kehidupan
manusia dengan teknologi, bahkan sudah merupakan kebutuhan manusia. Awal
perkembangan teknik yang sebelumnya merupakan bagian dari ilmu atau bergantung
dari ilmu atau bergantung dari ilmu, sekarang dari ilmu pula dapat bergantung
dari teknik.
Beberapa
ciri teknologi Barat antara lain sebagai berikut:
a. Serba intensif dalam segala
hal, seperti modal, organisasi, tenaga kerja dan lain-lain, sehingga lebih
akrab dengan kaum elit daripada dengan buruh itu sendiri.
b. Dalam struktur sosial,
teknologi barat bersifat melestarikan sifat kebergantungan.
c. Kosmologi atau pandangan
teknologi Barat adalah: menganggap dirinya sebagai pusat yang lain.
3.
Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Nilai
Ilmu pengetahuan dan teknologi sering dikaitkan dengan
nilai atau moral. Hal ini besar kaitannya tatkala dirasakan dampaknya melalui
kebijaksanaan pembangunan, yang pada hakikatnya adalah penerapan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Masalah nilai berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi ini, menyangkut perbedaan sengit dalam menduduk perkarakan ini dalam
kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga kecenderungan ada dua
pemikiran yaitu : yang menyatakan ilmu bebas nilai dan yang menyatakan ilmu
tidak bebas nilai. Sebenarnya ada yang penting dalam permasalahan itu dapat
dinyatakan. Sikap lain terhadap permasalahan ini ada yang menyatakan kita tidak
perlu mengaitkan antara ilmu dengan nilai. Pendapat yang terakhir ini kurang
dapat dipertanggungjawabkan, mengingat nilai atau moral merupakan hal yang
mendasar dalam kehidupan manusia, dan kita sudah merasakan dan melihat akibat
tidak berkaitnya nilai atau moral dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kemiskinan lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya
pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Dikatakan berada dibawah
garis kemiskinan apabila pendapatan tidak mencukupi untuk kebutuhan hidup yang
paling pokok seperti pangan, pakaian, tempat berteduh, dll. (Emil Salim, 1982).
Kemiskinan merupakan tema sentral dari perjuangan bangsa.
Sebagai inspirasi dasar dan perjuangan akan kemerdekaan bangsa, dan motivasi
fundamental dari cita-cita menciptakan masyarakat yang adil dan makmur.
Garis kemiskinan ditentukan oleh tingkat pendapatan
minimal (versi Bank Dunia di kota US$ 75 dan di desa US$ 50 per jiwa setahun,
1973). Menurut Prof. Sayogya (1969), garis kemiskinan dinyatakan dalam
Rp/tahun, ekuivalen dengan nilai tukar beras (kg/orang/bulan, yaitu untuk desa
320 kg/orang/tahun dan untuk kota 480 kg/orang/tahun).
Atas
ukuran ini maka mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
a. Tidak memiliki faktor
produksi seperti tanah, modal, keterampilan, dsb.
b. Tidak memiliki kemungkinan
untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri, seperti untuk
memperoleh tanah garapan atau modal usaha.
c. Tingkat pendidikan mereka
rendah, tidak sampai tamat sekolah dasar karena harus membantu orang tua untuk
mencari tambahan penghasilan.
d. Kebanyakan tinggal di desa
sebagai pekerja bebas (self employed), berusaha apa saja.
e. Banyak yang hidup di kota
berusia muda, dan tidak mempunyai keterampilan.
Jika
kita menganut teori fungsionalis dari stratifikasi (tokohnya Davis), maka
kemiskinanpun memiliki sejumlah fungsi, yaitu:
a. Fungsi ekonomi: penyediaan
tenaga kerja untuk pekerjaan tertentu, menimbulkan dana sosial, membuka
lapangan kerja baru dan memanfaatkan barang bekas (masyarakat pemulung).
b. Fungsi sosial: menimbulkan
alturisme (kebaikan spontan) dan perasaan, sumber imajinasi kesulitan kehidupan
bagi si kaya, sebagai ukuran kemajuan bagi kelas lain dan merangsang tumbuhnya
badan amal.
c. Fungsi kultural: sumber
imajinasi kebijaksanaan teknorat dan sumber inspirasi sastrawan dan memperkaya
budaya saling mengayomi antar sesama manusia.
d. Fungsi politik: berfungsi
sebagai kelompok gelisah atau masyarakat marginal untuk musuh bersaing bagi
kelompok lain.
Walaupun
kemiskinan mempunyai beberapa fungsi, bukan berarti menyetujui lembaga
tersebut. Tetapi kemiskinan berfungsi maka harus dicarikan fungsi lain sebagai
pengganti.
4. Kemiskinan
Kemiskinan dipelajari oleh banyak ilmu, seperti ilmu
sosial, ekonomi, dan budaya. Dalam ekonomi, dua jenis kemiskinan
dipertimbangkan: kemiskinan absolut dan relatif. Dalam politik, penanggulangan aktif
termasuk rencana perumahan, pensiun sosial, kesempatan
kerja khusus. Dalam hukum, telah ada gerakan yang mencari pendirian "hak manusia" universal yang
bertujuan untuk menghilangkan kemiskinan. Dalam pendidikan, kemiskinan memengaruhi
kemampuan murid untuk belajar secara efektif dalam sebuah lingkungan belajar.
Terutama murid yang lebih kecil yang berasal dari keluarga miskin, kebutuhan
akan keamanan dan rumah yang stabil, pakaian, dan
kurangnya kandungan gizi makan mereka membayangi kemampuan murid-murid ini
untuk belajar.
Penanganan kemiskinan pada prinsipnya merupakan
pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan kondisi sumberdaya alam yang
tidak menguntungkan dan rendahnya akses kelompok masyarakat miskin
terhadap peluang- peluang yang tersedia. Oleh karena itu upaya pengentasan
yang harus diarahkan pada :
a. Meningkatkan kualitas dan
kemampuan sumberdaya manusia, melalui jalur pelayanan pendidikan
(pemantapan IMTAQ dan transfer IPTEK), pelayanan kesehatan dan perbaikan gizi.
b. Mengembangkan dan membuka
usaha produktif yang dapat diakses oleh kelompok masyarakat miskin secara
berkelanjutan serta memperbesar akses masyarakat miskin dalam penguasaan faktor
produksi.
c. Memelihara dan memperbaiki
fungsi produktif dari sumberdaya alam bagi masyarakat miskin.
d. Pemihakan kebijakan publik
yang mampu mendorong peningkatan daya beli masyarakat miskin.
NAMA : ABRAHAM HAVANA (10116041)
IMAN MULYAWAN SAPUTRA (13116470)
KELAS : 1KA19
Daftar
pustaka
BAB
10
ILMU
SOSIAL DASAR
AGAMA
DAN MASYARAKAT
NAMA : MUHAMMAD KHANSAPURI
NPM : 14116976
KELAS : 1KA19
1. DEFINISI AGAMA
·
Menurut
Durkheim
Agama adalah suatu “sistem kepercayaan dan praktek yang telah
dipersatukan yang berkaitan dengan hal-hal yang kudus kepercayaan-kepercayaan
dan praktek-praktek yang bersatu menjadi suatu komunitas moral yang tunggal.”
Dari definisi ini ada dua unsur yang penting, yang menjadi syarat sesuatu dapat
disebut agama, yaitu “sifat kudus” dari agama dan “praktek-praktek ritual” dari
agama.
·
Menurut
Hendro Puspito Agama adalah suatu jenis sosial yang dibuat oleh
penganut-penganutnya yang berproses pada kekuatan-kekuatan non-empiris yang
dipercayainya dan didayagunakannya untuk mencapai keselamatan bagi mereka dan
masyarakat luas umumya.
2.
FUNGSI AGAMA DALAM MASYARAKAT
Dalam
hal fungsi, masyarakat dan agama itu berperan dalam mengatasi persoalan
persoalan yang timbul di masyarakat yang
tidak dapat dipecahakan secara
empiris karena adanya keterbatasan
kemampuan dan ketidakpastian. Oleh karena itu, diharapkan agama menjalankan
fungsinya sehingga masyarakat
merasa sejahtera, aman, stabil, dan sebagainya. Agama dalam
masyarakat bisa difungsikan sebagai berikut :
a.
Fungsi
Edukatif.
Agama
memberikan bimbingan dan pengajaran dengan perantara petugas-petugasnya
(fungsionaris) seperti syaman, dukun, nabi, kiai, pendeta imam, guru agama dan
lainnya, baik dalam upacara (perayaan) keagamaan, khotbah, renungan (meditasi)
pendalaman rohani, dsb.
b.
Fungsi
Penyelamatan.
Bahwa
setiap manusia menginginkan keselamatan baik dalam hidup sekarang ini maupun
sesudah mati. Jaminan keselamatan ini hanya bisa mereka temukan dalam agama.
Agama membantu manusia untuk mengenal sesuatu “yang sakral” dan “makhluk
teringgi” atau Tuhan dan berkomunikasi dengan-Nya. Sehingga dalam yang hubungan
ini manusia percaya dapat memperoleh apa yang ia inginkan. Agama sanggup
mendamaikan kembali manusia yang salah dengan Tuhan dengan jalan pengampunan
dan Penyucian batin.
c.
Fungsi
Pengawasan Sosial (social control)
Fungsi
agama sebagai kontrol sosial yaitu :
·
Agama meneguhkan kaidah-kaidah susila dari
adat yang dipandang baik bagi kehidupan moral warga masyarakat.
·
Agama mengamankan dan melestarikan
kaidah-kaidah moral (yang dianggap baik) dari serbuan destruktif dari agama
baru dan dari system hukum Negara modern.
d.
Fungsi
Memupuk Persaudaraan.
·
Kesatuan persaudaraan berdasarkan kesatuan
sosiologis ialah kesatuan manusia-manusia yang didirikan atas unsur kesamaan.
·
Kesatuan persaudaraan berdasarkan ideologi
yang sama, seperti liberalism, komunisme, dan sosialisme.
·
Kesatuan persaudaraan berdasarkan sistem
politik yang sama. Bangsa-bangsa bergabung dalam sistem kenegaraan besar,
seperti NATO, ASEAN dll.
·
Kesatuan persaudaraan atas dasar se-iman,
merupakan kesatuan tertinggi karena dalam persatuan ini manusia bukan hanya melibatkan
sebagian dari dirinya saja melainkan seluruh pribadinya dilibatkan dalam satu
intimitas yang terdalam dengan sesuatu yang tertinggi yang dipercayai bersama
e.
Fungsi
Transformatif.
Fungsi
transformatif disini diartikan dengan mengubah bentuk kehidupan baru atau
mengganti nilai-nilai lama dengan menanamkan nilai-nilai baru yang lebih
bermanfaat.
3. DIMENSI KOMITMEN AGAMA
Menurut Roland Robertson
dimensi komitmen agama terbagi menjadi
-
Dimensi keyakinan
mengandung perkiraan/ harapan bahwa orang yang religius akan menganut pandangan
teologis tertentu.
-
Praktek agama mencakup
perbuatan-perbuatan berbakti, yaitu perbuatan untuk melaksanakan komitmen agama
secara nyata.
-
Dimensi pengetahuan
dikaitkan dengan perkiraan bahwa orang-orang yang bersikap religius akan
memiliki informasi tentang ajaran-ajaran pokok keyakinan dan upacara keagamaan,
kitab suci, dan tradisi-tradisi keagamaan mereka.
-
Dimensi konsekuensi dari
komitmen religius berbeda dengan tingkah laku perseorangan.
-
Dimensi pengalaman
memperhitungkan fakta, bahwa semua agama mempunyai perkiraan tertentu
4.
PELEMBAGAAN
AGAMA
·
3 tipe kaitan agama dengan masyarakat
Tiga
Tipe Kaitan Agama Dengan Masyarakat. Agama memiliki tiga 3 tipe hubungan dengan
masyarakat diantaranya (menurut Elizabeth K. Nottingham)
-
Masyarakat Pedalaman. Di
dalam kehidupan masyarakat pedalaman agama masih berdasarkan kepercayaan
sehingga mereka mengadakan berbagai upacara ritual karena mereka percaya dengan
begitu mereka sudah memiliki agama.
-
Masyarakat Semi
Industri. Dalam masyarakat semi industri sudah lebih maju dari masyarakat
pedalaman sehingga di masyarakat semi indutri sudah memegang agama sebagai
kepecayaan dan sebagai pedoman dalam melakukan segala hal seperti berdagang.
-
Masyarakat Industri
Sekunder (Modern). Dalam masyarakat industri sekunder sudah banyak muncul
teknologi canggih sehingga lebih mudah menolong kegiatan manusia, namun karena
sudah banyak teknologi maka agama menjadi di "no duakan" sehingga
kurangnya kepercayaan terhadap agama.
·
Pengertian
pelembagaan agama
Pelembagaan
agama adalah suatu tempat atau lembaga untuk membimbing, membina dan mengayomi
suatu kaum yang menganut agama
Pelembagaan
Agama di Indonesia yang mengurusi agamanya :
1.
Islam
(MUI)
MUI atau Majelis Ulama
Indonesia adalah Lembaga Swadaya Masyarakat yang mewadahi ulama, zu’ama, dan
cendikiawan Islam di Indonesia untuk membimbing, membina dan mengayomi kaum
muslimin di seluruh Indonesia. Majelis Ulama Indonesia berdiri pada tanggal, 7
Rajab 1395 Hijriah, bertepatan dengan tanggal 26 juli 1975 di Jakarta,
Indonesia.
2.
Kristen
(Persekutuan Gereja-gereja Indonesia)
PGI
(dulu disebut Dewan Gereja-gereja di Indonesia – DGI) didirikan pada 25 Mei
1950 di Jakarta sebagai perwujudan dari kerinduan umat Kristen di Indonesia
untuk mempersatukan kembali Gereja sebagai Tubuh Kristus yang terpecah-pecah.
Karena itu, PGI menyatakan bahwa tujuan pembentukannya adalah “mewujudkan
Gereja Kristen Yang Esa di Indonesia.”
3.
Katolik
(Konferensi Wali Gereja Indonesia)
Konferensi
Wali gereja Indonesia (KWI atau Kawali) adalah organisasi Gereja Katolik yang
beranggotakan para Uskup di Indonesia dan bertujuan menggalang persatuan dan
kerja sama dalam tugas pastoral memimpin umat Katolik Indonesia. Masing-masing
Uskup adalah otonom dan KWI tidak berada di atas maupun membawahi para Uskup
dan KWI tidak mempunyai cabang di daerah. Keuskupan bukanlah KWI daerah. Yang
menjadi anggota KWI adalah para Uskup di Indonesia yang masih aktif, tidak
termasuk yang sudah pensiun. KWI bekerja melalui komisi-komisi yang diketuai
oleh Uskup-Uskup. Pada 2006 anggota KWI berjumlah 36 orang, sesuai dengan
jumlah keuskupan di Indonesia (35 keuskupan) ditambah seorang uskup dari Ambon
(Ambon memiliki 2 uskup)
4.
Hindu
(Persada)
Parisada
Hindu Dharma Indonesia ( Parisada ) ialah: Majelis tertinggi umat Hindu
Indonesia.
5.
Budha
(MBI)
Majelis
Buddhayana Indonesia adalah majelis umat Buddha di Indonesia. Majelis ini
didirikan oleh Bhante Ashin Jinarakkhita pada hari Asadha 2499 BE tanggal 4
Juli 1955 di Semarang, tepatnya di Wihara Buddha Gaya, Watugong, Ungaran, Jawa
Tengah, dengan nama Persaudaraan Upasaka-Upasika Indonesia (PUUI) dan diketuai
oleh Maha Upasaka Madhyantika S. Mangunkawatja.
6.
Konghucu
(MATAKIN)
Majelis
Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN) adalah sebuah organisasi yang
mengatur perkembangan agama Khonghucu di Indonesia. Organisasi ini didirikan
pada tahun 1955.
5. AGAMA, KONFLIK, DAN MASYARAKAT
Contoh-contoh tentang
konflik yang ada dalam agama dan masyarakat
Dalam Agama :
-
konflik antara Yahudi
dan Nasrani. Walaupun sumber konflik ini didasarkan atas kitab suci namun
justru unsur dogmatis agama ini sangat mendukung pengambaran konflik yang
terjadi. Menurut versi Yahudi, Nasrani adalah agama yang sesat karena
menganggap Yesus sebagai mesias (juru selamat). Dalam pandangan Yahudi sendiri
Yesus adalah penista agama yang paling berbahaya karena menganggap dirinya
adalah anak Allah, sampai akhirnya otoritas Yahudi sendiri menghukum mati Yesus
dengan cara disalibkan, sebuah jenis hukuman bagi penjahat kelas kakap pada
waktu itu. Sedangkan menurut pandangan Kristen, umat Yahudi adalah umat pilihan
Allah yang justru menghianati Allah itu sendiri. Untuk itu Yesus datang ke
dunia demi menyelamatkan umat tersebut dari murka Allah. Dalam beberapa
kesempatan, misalnya, ketika Yesus mengamuk di bait Allah karena dipakai
sebagai tempat berjualan, atau dalam kasus lain yaitu penolakan orang Israel
terhadap ajaran Yesus.
-
konflik Islam-Kristen.
Konflik ini pada awalnya diilhami oleh kepercayaan bahwa Islam memandang
Nasrani sebagai agama kafir karena mempercayai Yesus sebagai anak Allah,
padahal dalam ajaran Islam Nabi Isa (Yesus) merupakan nabi biasa yang pamornya
kalah dari nabi utama mereka Muhammad S.A.W. Konflik ini pada awalnya hanya
pada tataran kepercayaan saja, namun ketika unsur politis, ekonomi, dan budaya
masuk, maka konflik yang bermuara pada pecahnya Perang Salib selama beberapa
abad menegaskan rivalitas Islam-Kristen sampai sekarang. Konflik itu sendiri
muncul ketika Agama Kristen dan Islam mencapai puncak kejayaannya berusaha
menunjukkan dominasinya. Ketika itu Islam yang berusaha meluaskan pengaruhnya
ke Eropa, mendapat tantangan dari Nasrani yang terlebih dahulu ada dan telah
mapan. Puncak pertempuran itu sebenarnya terjadi ketika perebutan Kota Suci
Jerusalem yang akhirnya dimenangkan tentara salib. Sebagai balasan, Islam
kemudian berhasil merebut Konstatinopel yang merupakan poros dagang Eropa-Asia
pada saat itu.
-
konflik antara
Yahudi-Islam yang masih hangat dalam ingatan kita. Konflik ini berawal dari
kepercayaan orang Yahudi akan tanah yang dijanjikan Allah kepada mereka yang
dipercayai terletak di daerah Israel, termasuk Yerusalem, sekarang. Pasca
perbudakan Mesir, ketika orang Yahudi melakukan eksodus ke Mesir namun kemudian
malah diperbudak sampai akhirnya diselamatkan oleh Musa, orang Yahudi kemudian
kembali ke tanah mereka yang lama, yaitu Israel. Akan tetapi, pada saat itu
orang Arab telah bermukim di daerah itu. Didasarkan atas kepercayaan itu,
kemudian orang Yahudi mulai mengusir Orang Arab yang beragama Islam itu. Inilah
sebenarnya yang menjadi akar konflik Israel dan Palestina dalam rangka
memperebutkan Jerusalem. Konflik ini semakin panas ketika unsure politis mulai
masuk.
Dalam Masyarakat :
-
Tahun 1996, 5 gereja
dibakar oleh 10,000 massa di Situbondo karena adanya konflik yang disebabkan
oleh kesalahpahaman.
-
Adanya bentrok di kampus
Sekolah Tinggi Theologi Injil Arastamar (SETIA) dengan masyarakat setempat
hanya karena kesalahpahaman akibat kecurigaan masyarakat setempat terhadap
salah seorang mahasiswa SETIA yang dituduh mencuri, dan ketika telah diusut
Polisi tidak ditemukan bukti apapun. Ditambah lagi adanya preman provokator
yang melempari masjid dan masuk ke asrama putri kampus tersebut. Dan bisa
ditebak, akhirnya meluas ke arah agama, ujung-ujungnya pemaksaan penutupan
kampus tersebut oleh masyarakat sekitar secara anarkis.
-
Perbedaan pendapat antar
kelompok – kelompok Islam seperti FPI (Front Pembela Islam) dan Muhammadiyah.
-
Perbedaan penetapan
tanggal hari Idul Fitri, karena perbedaan cara pandang masing – masing umat.
Daftar Pustaka
http://panggihpanges2.blogspot.co.id/2015/01/isd-bab-10-agama-dan-masyarakat.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar