Burhan sedang menatap
indahnya langit kota Yogyakarta yang sedang diselimuti awan tipis dan munculnya
bulan purnama. Bintang yang sedang berkelap-kelip juga mewarnai Alun-Alun Kidul
yang terletak dekat dengan kesultanan Yogyakarta, tempat masyarakat kota
menikmati serta mengibur diri dengan caranya masing-masing setelah bekerja
melewati hari- hari yang penat dikantor mereka. Anak-anak sedang berlarian
kesana kemari, ada yang bercengkerama di bawah rindangnya pohon, muda-mudi
bergandengan tangan mengitari alun-alun atau ada juga muda mudi yang sedang
naik mobil dengan hiasan lampu neon warna - warni.
Aku juga tengah menikmati
indahnya malam ini dengan cara aku sendiri, ditemani secangkir kopi panas yang
baru saja aku pesan dari mbok yu, tukang kopi keliling yang sudah sering aku
jumpai di alun-alun ini. Aku pun mulai memetik senar gitar dengan
perlahan-lahan sambil menyanyikan lagu-lagu yang sedang aku gemari dibawah
indahnya langit Yogyakarta. Tiba – tiba seorang wanita berdiri di hadapanku,
dengan paras yang cantik dan senyuman yang manis sekali, mimpikah aku sekarang
dalam hati membatin
“boleh Saya duduk
disini”, dia memudarkan lamunanku
“boleh, silahkan” aku
pun berusaha menutupi kegugupanku. Aku pun hampir tidak berkedip
sama sekali pada saat aku menatapnya.
Lalu dia berkata
“Melati”, dia mengulurkan tangannya memperkenalkan dirinya kepadaku
“Burhan” aku pun
menyambut uluran tangannya.
Aku tak akan bisa
melupakan pertemuan pertamaku dengan wanita yang sangat cantik bernama Melati.
Meskipun momen perkenalan itu sudah berlalu dua minggu yang lalu.
Sudah dua minggu aku
telah mengenal Melati, sudah dua minggu juga aku dekat dengannya. Setelah malam
yang indah itu kami tetap berhubungan dengan baik melalui telepon ataupun
melalui aplikasi chatting. Kami menjadi sering jalan atau keluar
bareng. Saat ini aku sedang berada di depan cermin, melihat bayanganku sendiri
yang tersenyum kepadaku. Hari ini aku sudah ada janji dengan Melati untuk
bertemu dengannya sore ini. Dan aku sudah lebih dari 20 menit berada didepan
cermin mencari baju yang pas untuk dipakai bertemu dengan Melati tapi aku
sendiri belum menemukan baju yang tepat.
Sesampainya dirumah
Melati, Melati sudah berdiri didepan pintu gerbang rumahnya
“kita mau pergi
kemana?” Tanya Melati
“sudah kamu ikut saja
aku sudah ada rencana sore ini kita akan kesuatu tempat” Melati pun mengangguk
dan naik ke motorku.
Dalam perjalanan menuju
tempatnya kami tidak banyak berbicara, hingga akhirmya kami sampai dipantai
sundak tempat yang menjadi tujuanku mengajak Melati, Dia tampak senang sekali
aku ajak ke pantai ini.
Melati langsung berlari
kesana kemari sesampainya di pantai sundak Aku pun senyum – senyum sendiri
melihat tingkahnya yang sangat lucu dan menggemaskan.
“Ayo kesini dong”,
teriak Melati Aku pun menghampirinya.
“Fotoin Aku yaa?”,
pintanya dengan manja kepadaku. Dia berpose berganti-ganti gaya. Aku mengambil
gambarnya. Kembali aku senyum-senyum sendiri memperhatikan tingkahnya. Sejak
pertama aku mengenal Gadis ini sungguh dapat membuat aku terkagum, bahkan sejak
dia berdiri di hadapanku di malam itu, aku jatuh hati padanya.
Lama aku melamun dipinggir
pantai memikirkan tentang dia. Aku pun menghampirinya yang sedang asyik bermain
pasir pantai. Dia tersenyum kepadaku ketika melihatku berada di sampingnya. Aku
memberikan handphone milikku kepadanya. Dia memperhatikan layarnya
Aku menjadi gelisah, was–was serta jatungku berdebar-debar.
“Apa maksudnya ini,
Mas?”, tanyanya. Deg. Jantungku seakan berhenti berdetak. Aku tidak mampu
berkata-kata
“Apa maksudnya ini Mas
?”, tanya Melati lagi sambil menyerahkan handphone itu kepadaku.
Betapa terkejutnya aku melihat layarnya, ternyata kosong dan tidak menampilkan
gambar yang aku maksud. Aku pun tertawa dan senyum-senyum sendiri. Lalu aku
mencari gambar yang ingin aku tunjukkan, lalu aku menyerahkan handphoneku
kembali ke Melati. Dia lalu terdiam melihat layar handphoneku. Pandangan
Melati silih berganti tertuju pada layar dan padaku. Lalu, dia berlalu begitu
saja dari hadapanku dan berlari-larian kembali dipantai.
Aku merasakan jantungku
berhenti berdetak. Aku menyusulnya. Dia terus berlari menyusuri pantai. Ketika
aku di dekatnya, dia mengembalikan handphoneku.
“Jadi bagaimana Melati?
Apa jawabanmu Melati?”, tanyaku dengan serius. Dia tersenyum. Aku semakin tidak
mengerti apa yang dia maksud.
“Apa harus dengan
kata-kata aku menyatakan perasaanku?” Tanya Melati. Aku semakin bingung dibuat
oleh Melati. “Aku sudah menjawabnya mas Burhan. Bahkan sebelum kamu bertanya
hari ini. Aku sudah menjawab pertanyaan yang kamu ajukan sekarang di malam
pertama kita bertemu”.
Jawabannya membuat
lidahku kaku, tidak mampu berkata-kata, tidak berdaya. Seakan tidak percaya
dengan jawabannya yang aku dengar darinya.
Aku mencari kembali
gambar yang aku tunjukkan padanya. Namun aku tidak dapat menemukan fotonya.
Gambar itu adalah foto Melati yang aku tambahkan sendiri dengan sebaris
pertanyaan, MAUKAH KAMU MENJADI PACARKU? “Aku sudah menghapus foto itu”,
perkataan dia membuatku kaget. Dia pun kembali berlarian di pantai Sundak dan
bermain-main dengan air.
Kejadian di pantai itu
terjadi lima tahun yang lalu. Dan di sinilah aku, di pantai yang sama,
mengingat segala kenangan indah bersamanya yang mungkin tak akan aku lupakan.
Sekian.
#sabtulis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar